Pages

Tuesday, June 22, 2010

Abaikan Indonesia demi Tanah Karo Simalem

Semoga aku tidak ditangkap gara-gara judul yang kasar tapi benar ini. Itulah bentuk ketidakpastian masa depan Indonesia yang aku lihat dari semua perkembangan di "Tanah Surga" ini.

Indonesia seolah berjalan sambil terus mengantongi bom waktu untuk nantinya ditinggalkan pada generasi selanjutnya, sementara para pejabat mencoba menghias hidup mereka dengan kerukan demi kerukan di bumi Indonesia. Realita, sudah tidak ada orang yang berkuasa di Indonesia ini, yang mau dan ikhlas membangun Indonesia. Kalau hanya "kami - rakyat kecil", siapa yang takut pada kami? Tetap saja angan-angan kami membangun Bumi Pertiwi tertelan kemunafikan "mereka".

Jika memilih dalam pemilu adalah memang benar-benar hak setiap warga, maka untuk selanjutnya, khusus pada pemilu legislatif, aku takkan menggunakan hak itu. Lebih baik tidak memilih anggota DPR, daripada ikut menghancurkan bumi persada. Seandainya saja ada orang yang mau dicalonkan, bukan mencalonkan diri, jadi anggota DPR, dan tidak mempunyai dana kampanye, mungkin aku akan menggunakan hak pilih itu untuk mendukung dia.

Jika anggota dewan memang benar penyalur aspirasi rakyat, siapakah yang mau bertanya pada mereka-mereka itu, aspirasi siapa yang telah mereka sampaikan? Adakah satu orang saja rakyat dalam hal ini konstituen mereka pernah menyampaikan aspirasi untuk disalurkan ke pemerintah? Kemudian, apa saja kerja mereka?

Sama halnya dengan Pilpres, selalu menghadirkan harapan baru. Namun kenyataan tak pernah memihak para pemimpi keindahan Indonesia. Tangis haru, sedu sedan, mengiring mata mereka menonton aksi teatrikal yang dipertontonkan pemerintah dan semua lembaga yang ada di sekitarnya.

Tulisan di atas kepedulianku, ya hanya peduli, tak ada aksi untuk Indonesia.
Tapi untuk Tanah Karo Simalem, aku hendak jadi salah satu aktor dalam kesuksesannya. Walau kecil, tapi Bumi Turang lah duniaku, bukan Indonesia.

Terserah apa yang mereka lakukan pada Indonesia, yang pasti Tanah Karo Simalem harus maju.
Orang pintar sudah cukup banyak, yang mau membangun juga banyak, tapi yang kami butuhkan adalah kombinasi keduanya dengan "orang yang tidak mau mengambil sesuatu yang bukan haknya".

Mejuah-juah Taneh Karo !!!